the Password is "Annyeong Haseyo"

Photobucket

Selasa, 30 Agustus 2011

[FF] The sweetest is Love not CHOCOLATE (chapter 2)


Myungyeol FF:    
         Latihan pun dimulai. Semua anak-anak yang baru gabung diuji skillnya. Sungyeol berkali-kali gagal merebut bola dan tidak terlalu baik mendribell bola. Pikirannya terus mengarah ke Sulli yang sedang latihan cheerleader di lapangan sebelah.
“BAAK!” bola basket mendarat diwajahnya. Darah segar mengucur dari lubang hidungnya. Ia kesakitan.
“Aah.. maaf Yeol! Maafkan aku..”kata anak yang tidak sengaja melempar bola kearah Sungyeol.
“Biar saja, Heejung. Seharusnya ia lebih berhati-hati dan fokus pada latihan uji skill ini. Apa yang sedang kau pikirkan? Kalau kau tidak idiot, kau harusnya menangkap bola yang dioper oleh temanmu kan?” kata Myungsoo sambil berlalu. Sungyeol marah mendengar Myungsoo menyebutnya dengan kata-kata “Idiot”.
“aku tau maksudmu...pasti kau berpikir kalau aku ini sangat bodoh sampai-sampai bola pun tak bisa kutangkap” kata Sungyeol dengan darah masih bercucuran dan hidungnya menjadi memar. Myungsoo menoleh kebelakang. Ia hanya tersenyum kecut melihat keadaan Sungyeol.

“kau mau tanding denganku? Ayo kita ukur seberapa hebat kau ini” tantang Myungsoo. Sungyeol menyanggupinya. Dan mereka pun bertanding. Tidak diluar dugaan, Myungsoo andal dalam permainan ini. Kemampuannya bermain basket sangat hebat dan sangat bertolak belakang dengan Sungyeol. Sungyeol tidak bisa mengalahkan Myungsoo karena ia juga tidak andal dalam permainan ini. Semuanya bersorak menyemangati Myungsoo dan itu membuktikan kalau Sungyeol benar-benar tidak mempunyai skill dalam bermain bola basket. Sungyeol yang sudah kelelahan ia hanya memandangi Myungsoo. Myungsoo melempar bola basket ke ring untuk menyudahi permainan ini. Dan ia berdiri dihadapan Sungyeol. Bola basket itu jatuh dan bergelinding kearah kaki Sungyeol.
“jika kau ingin masuk ke ekskul ini hanya demi seorang yeoja yang kau taksir, kau hanya akan membuat dirimu ditendang dari sini. Tapi..jika kau masuk ekskul cheerleaders aku yakin kau pasti akan ditempatkan dipiramida paling atas. Semua orang yang melihatmu bermain bola basket juga pasti berpikiran demikian” ejek Myungsoo.  Semua orang cekikikan mendengar kata-kata Myungsoo.
“kau terlalu gemulai dan memegang bola basket saja seperti memegang Pom-Pom... hmm, mulai sekarang jika tak mau dipanggil banci olehku besok kau harus lebih jantan....ehh maksudku kau harus lebih tangguh dalam permainan bola basket, mengerti?” ujar Myungsoo tersenyum picik dan ia pun berlalu dari hadapan Sungyeol. Sungyeol merasa kesal dengan namja yang sok hebat itu. Ia mengambil bola basket yang didekatnya dan melempar dengan keras kearah kepala Myungsoo. Seketika Myungsoo terkejut dan menoleh kebelakang. Sungyeol segera berlari kearah Myungsoo dan mencengkeramnya.
“awas..kauu..kalau mencoba memanggilku banci!! Grrr” geram Sungyeol. Semuanya panik dan berusaha melerai perkelahian itu. Tapi tidak terlalu membantu karena Sungyeol sudah sempat mendaratkan kepalan tangannya kearah mata Myungsoo, sehingga mata Myungsoo memar. Indoor ini sangat ramai dan riuh karena aksi perkelahian antara Myungsoo dan Sungyeol.
                Dirumah, Sungyeol pulang dengan wajah yang penuh lebam. Ia menggeret tas sekolahnya dan pergi kekamarnya. Tiba-tiba hyungnya memanggilnya dari arah ruang TV.
“Sungyeol, kenapa kau memulai perkelahian?” tanya Sunggyu sedikit marah.
“Kepala sekolah sudah memberitahumu? Cepat sekali” guman Sungyeol.
“katakan Sungyeol. Ada apa? Apa kau dan anak yang kau ajak kelahi itu menyukai yeoja yang sama?”
“tidak, Hyung. Jangan pernah berpikir aku berkelahi hanya karena masalah sepele!” kata Sungyeol.
“kalau begitu apa alasannya? Aku dengar anak yang kau ajak kelahi itu kesal padamu karena kau yang memulai perkelahian dan melempar bola basket kearah kepalanya?? apa itu benar kejadiannya begitu?” kini Sunggyu mengeraskan suaranya.
“itu barang-barang siapa, hyung?” tanya Sungyeol saat ia melihat ada setumpuk kardus besar dipojokan ruangan.
“jangan berusaha mengalihkan topik pembicaraan, Yeol” Sunggyu mengeraskan suaranya lagi.
“aku kan hanya bertanya, hyung” guman Sungyeol lagi.
“aku juga bertanya padamu, Yeol”
“hyung jawab dulu pertanyaanku, itu barang-barang siapa?” tanya Sungyeol penasaran.
“aku yang bertanya padamu duluan, kau jawab dulu pertanyaanku!” kini Sunggyu makin kesal.
“Huuhh..aku mau ganti baju dulu, hyung. Nanti aku beritahu jawabannya” kata Sungyeol sambil bangkit dari duduknya. Sunggyu hanya menggeleng-gelengkan.
“aku juga akan memberitahu jawabannya kalau kau sudah ganti baju” kata Sunggyu.
                Sungyeol sedang mengganti bajunya. Ia melihat kearah jam sudah jam 8 malam dan ini saatnya makan malam. Saat Sungyeol mendengar suara-suara dari lantai bawah, ia penasaran dan segera turun.
“Sungyeol, ayo kebawah perkenalkan dirimu! Anak Bibi Kim sudah datang” teriak Sunggyu memanggil adiknya dari anak tangga.
“Ahh..iya, Hyung....MMWWOOOOO??” teriak Sungyeol terkejut. Sunggyu dan Sungjong aneh melihat reaksi Sungyeol.
“kau...Sungyeol?” bingung anak bibi Kim itu.
“Myungsoo?” Sungyeol lebih bingung.
“Ohh...jadi kalian berdua sudah mengenal. Aku juga baru tahu dari bibi Kim kalau Myungsoo sekolah di SMA DaeJoon, sekolahnya Sungyeol juga. Jadi tidak heran kalau kalian terkejut saat bertemu” kata Sunggyu.
                Di meja makan. Sungyeol melahap makanannya sambil memandangi Myungsoo dengan pandangan benci. Sedangkan, Myungsoo memandangi Sungyeol dengan santai.
“aku heran kenapa wajah kalian berdua lebam? Apa disekolah ada kejadian pemberontakan? Dan kalian berdua menjadi korban?” tanya Sungjong polos melihat Sungyeol dan Myungsoo yang wajahnya sama-sama lebam. Myungsoo dan Sungyeol masih diam saling memandang.
“ehem..kalau perkiraanku benar, Myungsoo...”
“dia jawabannya, hyung. Anak ini yang bernama Myungsoo adalah jawaban dari pertanyaan yang tadi Hyung tanyakan padaku” potong Sungyeol sambil melahap daging asap dengan pandangan yang belum lepas.
“aku berkelahi karena Myungsoo meremehkanku dan memanggilku banci, hyung!”
Myungsoo hanya terdiam dan dengan santai melahap daging asapnya.
“Ohh... oia, Yeol. Dia juga jawabanku dari pertanyaan yang tadi kau tanyakan” kata Sunggyu.
“Jadi barang-barang besar itu miliknya? Hah, mau ditaruh dimana? Bikin rumah sempit saja” umpat Sungyeol.
“hyung, jangan berkata begitu. Dia kan baru datang” kata Sungjong mengingatkan.
“Sungyeol, karena kamarmu besar. Myungsoo akan satu kamar denganmu” kata Sunggyu santai dan bangkit dari duduknya. Sunggyu mencuci mangkuknya sambil mendengar Sungyeol mengoceh tidak terima.
“Hyung! Mana mungkin aku bisa satu kamar dengan orang seperti dirinya?? Dia sudah mengejekku banci, meremehkanku...”
“aku rasa kalau kalian terus ditempatkan ditempat yang sama, kalian berdua akan akrab” ujar Sunggyu sambil tersenyum.
“hah..” guman Myungsoo tersenyum picik. Ia bangkit dari duduknya dan mencuci mangkuknya.
“ada apa?? Apa kau merasa terhina saat aku bicara begitu?” kesal Sungyeol.
“aku hanya merasa lucu saja mendengar ocehanmu daritadi..ah, sudahlah itu tidak penting. Sunggyu-hyung bisa kau tunjukkan dimana kamar Sungyeol?” tanya Myungsoo pada Sunggyu yang sedang menyeduh kopi.
“ooh, baiklah akan kutunjukkan” ujar Sunggyu.
“A..apa?? dia benar-benar akan satu kamar dengankuu?? Si bodoh itu?” bingung Sungyeol.
“bukankah itu bagus, hyung? Siapa tau kalian berdua bertelur dalam kamar..hehe” canda Sungjong yang sudah menghabiskan makanannya.
                Sungyeol sudah selesai makan. Ia berdiri didepan pintu kamarnya. Dan melihat dari celah pintu kamar yang terbuka sedikit. Myungsoo sedang merapikan barang-barangnya. Sungyeol yang masih kesal membuka pintu kamarnya. Myungsoo menoleh kearah Sungyeol dan setelah itu ia fokus kembali pada barang-barangnya.
“tenang saja, aku akan sebisa mungkin menghemat ruangmu. Jadi ruangan mu tidak akan terlalu sempit karena ada barang-barangku” ujar Myungsoo sambil menaruh buku-bukunya di rak. Sungyeol masih tetap diam. Ia tidur diranjangnya dan menatap langit-langit.
“hanya seminggu, tidak lama..” sahut Myungsoo. Sungyeol melirik kearah Myungsoo yang sedang menggelar kasur di lantai.
“jam setengah  9 kau mau tidur? Rajin sekali..” kata Sungyeol. Kini giliran Myungsoo yang diam. Ia sudah terbaring di kasurnya dan tidur membelakangi Sungyeol. Sungyeol perlahan-lahan menutup matanya, akhirnya ia tertidur pulas.
                Esoknya, jam 4 pagi. Terdengar suara berisik dari kamar Sungyeol. Suara itu berasal dari jam waker milik Sungyeol, dan suara itu sangat mengganggu Myungsoo. Myungsoo terbangun dari tidurnya sambil menutupi kupingnya.
“Aiishh, suara apa ini??” Myungsoo bingung. Ia segera mencari sumber suara itu dan ternyata jam waker itu terletak diatas bantal disebelah Sungyeol. Myungsoo segera mengambil dan meraihnya sebelum telinganya menjadi tuli seketika.
“ya ampun, suara sekeras ini tapi tidak bisa membangunkan anak ini? Apa telingannya tersumbat mangkuk nasi?” heran Myungsoo. Ia meletakkan jam waker itu di atas meja dan segera siap-siap untuk berangkat ke sekolah.
                Myungsoo sudah berpakaian rapi untuk berangkat ke sekolah. Ia melirik kearah Sungyeol yang masih tertidur pulas. Ia ingin membangunkannya, tapi enggan untuk melakukannya. Akhirnya, Myungsoo turun duluan.
“Myungsoo, kau sudah bangun?” Sunggyu terkejut melihat Myungsoo sudah bangun sepagi ini, beda dengan dua adiknya.
“aku biasa bangun jam segini. Hmm, hyung sedang menyiapkan sarapan?” tanya Myungsoo sambil menggantungkan tas sekolahnya di kursi.
“ahh..iya, maaf ya Myungsoo. Kami biasa sarapan dengan roti bakar” jawab Sunggyu sambil tersenyum manis.
“ahh..tidak apa-apa, hyung. Aku juga biasa sarapan dengan roti” kata Myungsoo sambil mengambil roti dan menyelaikannya dengan selai kacang.
“Aku alergi coklat” tiba-tiba Myungsoo berkata demikian. Sunggyu sedikit terkejut. Kini Sunggyu tidak merasa aneh, kenapa Myungsoo tidak menjadi generasi pendiri toko coklat seperti ibunya, bibi Kim. Mungkin karena alerginya, Sunggyu jarang melihat Myungsoo mampir ke kedai coklatnya seperti adik-adiknya yang lain.
“hmm..sepertinya kau beda dari adik-adikmu, ya?” kata Sunggyu. Ia meletakkan piring berisi roti yang dibalut dengan selai coklat dan strawberry kesukaan adik-adiknya itu di meja makan.
“Sungjong suka coklat ya?” tanya Myungsoo.
“ya, dia sangat suka coklat. Tapi tidak seberapa dengan Sungyeol. Sungyeol rajanya coklat” sahut Sunggyu.
“Sungyeol sangat suka coklat?”
“ya, dia sangat menyukainya. Jika rotinya tidak diberi selai coklat ia enggan untuk sarapan. Aku buat roti dengan selai strawberry ini untuk Sungjong. Dia anak manis yang sedikit feminim, tapi aku senang memiliki adik sepertinya” ujar Sunggyu.
Myungsoo diam. Ia duduk dengan roti selai coklat dihadapannya. Tiba-tiba terdengar suara hentakan kaki di tangga.
“Huaahh... selamat pagi^^” sapa Sungjong manis. semuanya balik menyapa Sungjong. Sungjong duduk di kursi sambil menyeduh susu hangatnya.
“Waahh..selai strawberry lagi^^” senang Sungjong sambil mengigit rotinya.
“ehh..hyung, Sungyeol-hyung telat bangun lagi???” tanya Sungjong pada Sunggyu.
“yah, seperti biasa. Dia sudah berulang kali diingatkan tapi hasilnya nihil” Jawab Sunggyu sambil mengunyah rotinya.
“huh, dasar Sungyeol-hyung” umpat Sungjong.
                Sungyeol dengan cepat menaikkan dasi sekolahnya. Ia buru-buru memakai kaos kaki dan juga jas almameternya. Ia berlari di anak tangga hingga tangga itu menjerit berisik.
“TEGANYA...AKU TIDAK DIBANGUNKAN!!” Kesal Sungyeol saat melintasi ruang Tv, tampak Sunggyu sedang bersiap-siap akan berangkat kerja.
“jam waker mu sudah sangat keras, tapi kau tidak bisa bangun. Sepulang sekolah kita ke dokter THT!!” geram Sunggyu pada adiknya itu. Sungyeol hanya mengendus kesal. Ia komat-kamit mengenakan sepatunya. Jantung berdegup kencang karena takut akan telat datang ke sekolah.
                Sungyeol sekuat tenaga menyerobot trainway. Ia juga sudah berlari secara maksimal, mengejar waktu dan berharap gerbang sekolah masih terbuka. Tapi sayangnya, harapan Sungyeol kandas. Gerbang sekolah sudah ditutup. Dan Sungyeol tertangkap basah terlambat oleh penjaga sekolah.
“kau lagi, nak? Apa kau sengaja terlambat demi bertemu denganku? Hahaha” goda penjaga sekolah itu.
“tuan Park, kau ini ge-er sekali” kesal Sungyeol.
                Sungyeol dan beberapa anak lainnya yang datang telat dihukum keliling lapangan sekolah sambil jongkok. Sungyeol terus-terusan mengendus kesal karena ia telat lagi dan harus melakukan ini tiap kali ia telat.
                Setelah selesai dihukum, Sungyeol segera ke ruang kelasnya. Ia mendapatkan kelasnya kosong. Ia bingung kenapa kelasnya kosong. Padahal sekarang pelajaran matematika dan tidak mungkin anak-anak berada di lab. Dengan tampang bingung, Sungyeol menaruh tas nya. Ia mendengar suara-suara riuh dari luar, Sungyeol melihat keluar melalui jendela diruang kelas nya. Ia sangat terkejut karena di lapangan belakang, anak-anak kelasnya sedang berkumpul dengan anak kelas 3-3, kelas musuh bebuyutan mereka.
“Hei, Myungsoo! Kau... kenapa....” kata salah satu anak yang wajahnya sudah babak belur. Ia terengah-engah dan tampak tidak kuat berdiri.
“aku sudah bilang... aku tidak pernah menjadikkan dia sebagai pacarku..” sahut Myungsoo santai, ia tampak sehat-sehat saja. Seperti tidak terkena pukulan dari anak yang terengah-engah itu sama sekali.
“Booo...hoongg!! kau.. kau pikir kau hebaaaatt??? Hhaaahh???” anak yang sudah setengah sekarat dipukuli oleh Myungsoo itu berusaha mendaratkan kepalan tangannya di wajah tampan Myungsoo. Tapi Myungsoo dengan gesit menangkis tangan anak itu.
“Dengar, Byunghyun. Aku sama sekali... tidak menyukai gadis itu. Dan aku tidak keberatan jika kau memilikinya” kata Myungsoo dengan nada santai lagi.
“Myungsoo-oppa...Myungsoo-oppa...” terdengar suara yang menyemangat dari anak-anak perempuan. Kim Myungsoo memang anak populer yang sangat diidolakan di sekolah itu karena wajah tampan, Dan juga skill nya yang bisa dibilang luar biasa.
Sungyeol terdiam. Ia bingung melihat aksi Myungsoo yang sepertinya hebat dalam perkelahian. Beda sekali sewaktu Sungyeol menghajarnya hingga wajah Myungsoo sampai lebam seperti itu. Apa karena Sungyeol sangat marah, sehingga adrenalin nya keluar? Atau karena Sungyeol tanpa sadar hebat dalam perkelahian? Atau....Myungsoo sengaja membuat Sungyeol terus menghajarnya?. Ia terus menatap Myungsoo. Ia bingung kenapa Myungsoo membiarkan dirinya menghajarnya? Seharusnya Myungsoo melawan Sungyeol dengan semaksimal mungkin. Dan kalau Myungsoo melawan Sungyeol semaksimal mungkin waktu itu, mungkin sekarang Sungyeol terbaring di rumah sakit karena saking parahnya. Sama halnya Byunghyun. Ia sudah jatuh terkapar karena babak belaur dihajar Myungsoo. Kelas 3-3 dan kelas 3-1 menyoraki kemenangan Myungsoo melawan Byunghyun terutama para yeoja nya. Myungsoo hanya diam, ia tersenyum melihat Byunghyun jatuh tersungkur tak berdaya. Dan tanpa sengaja Myungsoo melihat Sungyeol dibarisan paling belakang. Myungsoo sedikit terkejut melihat Sungyeol ada ditempat kejadian.
“waw, hukumannya cepat sekali selesainya” kata Myungsoo saat ia menghampiri Sungyeol.
“tuan Park bosan menghukumku” sahut Sungyeol ketus.
“ooh, begitu ya?” Myungsoo berlalu dari hadapan Sungyeol bersama teman-temannya. Mereka kembali ke kelas masing-masing. (bersambung)
                

1 komentar: