Tibalah hari dimana Sulli berulang tahun. Rumahnya didekor
semanis mungkin. Sulli tampak cantik dengan gaun warna kuningnya. Semua
teman-temannya memuji kecantikan Sulli. Bahkan Sungyeol sampai harus
menghembuskan nafasnya dengan cepat setiap kali ia melihat Sulli.
“kau bisa rileks tidak sih?” Myungsoo menyikut Sungyeol
karena daritadi Sungyeol terus-terusan bernafas dengan cepat.
“jadi... begini.. kau bilang pada Sulli kalau kau tidak suka
padanya sehabis ia makan.. dan aku akan menyatakan perasaanku saat pembukaan
kado! Oke??” Sungyeol memberikan arahan kepada Myungsoo dengan semangat.
Myungsoo hanya mengiya-iyakan saja.
Acara peniupan lilin sudah dilaksanakan. Sulli
membagi-bagikan kue kepada orang yang ia anggap istimewa. Tentu saja orang
pertama yang istimewa bagi Sulli adalah Myungsoo. Myungsoo mengambilnya tetapi
ia enggan untuk memakannya.
“oppa, kumohon dimakan ya! itu kue cream bukan coklat!” kata
Sulli dengan aegyonya. Myungsoo hanya mengangguk.
“Myungsoo, habiskan kuenya!” suruh Sungyeol.
“kau mau tidak?” tawar Myungsoo.
“tidak..”
“ya sudah..aku juga tidak mau” Myungsoo dengan santai
membuang kue itu di vas bunga besar yang ada dipojokkan ruang.
“eeiitttt.. Myungsoo kenapa kau buang??” Sungyeol panik
sendiri. “itu kue dari Sulli”
“diantara kita tidak ada yang mau, iya kan?”
Sesuai
rencana. Sulli baru saja makan kue ia pergi kebelakang untuk mencuci tangan dan
mengelap mulutnya. Sulli terkejut karena tiba-tiba Myungsoo muncul dihadapan
Sulli.
“Ya ampun oppa! Bikin kaget saja..” kata Sulli cekikikan.
“aku ingin bicara sesuatu dan ini akan kukatakan dengan
cepat”
“i,iya oppa... ada apa?” Sulli penasaran.
“Aku tidak suka padamu. Dan kumohon jangan berusaha
mengejarku lagi” Myungsoo berkata demikian dengan mimik dingin dan santai,
seperti tidak merasa menyakiti perasaan seseorang yang menyukainya semenjak 4
tahun yang lalu.
“hhaaaa..?” Sulli masih tidak percaya dengan yang barusan
Myungsoo katakan.
“jangan berpura-pura tidak dengar. Aku sudah mengatakannya,
jadi jangan suruh kau minta aku mengulainginya lagi. Aku merasa konyol jika
mengucapkannya lebih dari 1 kali” ujar Myungsoo sambil berlalu. Meninggalkan
Sulli yang bengong.
Sulli
yang tergores hatinya, karena Myungsoo dengan mdah menolaknya padahal Sulli
baru memulai usaha pendekatannya dari sekarang. Ia merasa tidak dihargai dan
itu membuat dadanya nyeri dan sakit. “Myungsoo-oppa!! Teganya kau!”.
“aku sudah mengatakannya” bisik Myungsoo. Sungyeol merespon
dengan mengacungkan kedua jempolnya dihadapan Myungsoo. Tampak Sulli baru saja
balik dari belakang. Wajahnya terlihat sedih tapi ia berusaha menundukkan
wajahnya dengan senyuman. Semuanya bersorak menyambut Sulli!.
“kau mau melakukannya sekarang? Dia sudah diatas stand” kata
Myungsoo melirik Sungyeol. Sungyeol menelan ludahnya. Dan ia memberanikan
dirinya untuk maju ke stand.
“Choi Sulli! Bisakah aku bicara sesuatu padamu?” tiba-tiba
Sungyeol berdiri disamping Sulli. Sulli terkejut dengan kedatangan Sungyeol.
“a, ada apa Sungyeol-oppa??” bingung Sulli. Sungyeol
mengambil dengan lembut microphone dari tangan mulus Sulli. Kemudian Sungyeol
melangkah sedikit kedepan.
“semuanya...aku Lee Sungyeol. Sebenarnya, sudah lama aku
menyimpan perasaan pada gadis bernama Choi Sulli ini. Sudah hampir 3 tahun,
tapi...aku menunggu moment yang tepat untuk menyatakannya! Aku ingin menyatakan
perasaanku pada Sulli sebelum aku lulus SMA”
“memangnya dia akan lulus SMA” tiba-tiba ada yang
menyeletuk.
“..ya, kuharap kita semua! Anak kelas 3 SMA daejoon semua
akan naik kelas *hening*. Maka dari itu aku juga berharap semua orang
mengetahui kalau aku sangat menyukai Choi Sulli..”
“memangnya penting kita tahu?” ada yang menyeletuk lagi.
“...aku memutuskan akan menyatakan perasaanku padanya dihari
ulangtahunnya, sebelum kelulusan dan dihadapan semua orang! Karena aku tidak
mau dipanggil pencundang. Laki-laki yang tidak bisa menyatakan perasaannya pada
seorang perempuan yang disukainya..adaah PECUNDANG! Dan aku haram menjadi salah
satunya..”
“ceramahh bu...pake haram segala”
“..jadi Sulli...apa kau mau menerimaku? Setidaknya beri aku
kesempatan” Sungyeol menatap dalam-dalam mata Sulli. Sulli terlihat marah
dengan aksi Sungyeol ia segera merebut microphone dari Sungyeol.
“Aku...hanya suka...dengan Myungsoo-oppa! Myungsoo kenapa
kau tega menolakku dengan mudah???? Sudah 4 tahun aku mengincarmu! Tapi kenapa
kau tidak mau memberikan kesempatan padaku??” Sulli berteriak sambil menatap
Myungsoo. Myungsoo bengong dengan perkataan Sulli. Semuanya memandangi
Myungsoo.
“aku adalah yeoja populer! Aku tidak akan menjadi pacar dari
namja yang pecundang ini!” sulli berkata sambil menatap rendah Sungyeol.
Sungyeol miris mendengarnya.
“Lee Sungyeol.. kau itu polos, saking polosnya kau tidak
tahu bagaimana cara menyatakan perasaanmu! Bukannya membuatku kagum tapi kau
malah membuatku malu! Kau pikir menyatakan perasaan di hadapan semua orang
adalah ide yang bagus?” sentak Sulli.
“Sulli...maafkan aku..aku..”
“Diam kau, yeol! Aku sama sekali tidak suka padamu! Kau itu
anak yatim piatu yang tidak tahu diri! Kau ingin menjadikkan aku pacar karena
kau ingin menguras hartaku kan?? karena kau tidak punya orangtua yang bisa
memenuhi keinginanmu kan? karena kau hanya punya satu kakak yang tidak kuliah
dan tidak pintar menghidupi 2 adiknya yang bodoh makanya ia juga menjilat
keluarga Myungsoo-oppa, agar kehidupan kalian tertolong iya kan??”
“Sulli!” Myungsoo berteriak membentak Sulli. Sungyeol sudah
kelu untuk berkata. Entah kenapa Sulli menganggap keluarganya sebagai penjilat
demi kehidupan mereka. Kenapa Sulli punya pikiran jauh seperti itu? Semuanya
tampak berbisik-bisik. Myungsoo naik ke stand dan ia menatap sinis Sulli, tanpa
banyak omong lagi Myungsoo menarik tangan Sungyeol yang masih terdiam.
“Myungsoo-oppa! Aku..benar-benar suka padamu!” teriak Sulli.
“katakan itu nanti di neraka, Sulli” cetus Myungsoo dingin.
Kamar
Myungyeol tampak terkunci rapat. Sungjong sedang les dan Sunggyu sedang
berkerja seperti biasa. Tampak Sungyeol sedang bersandar di ranjang sambil
melamun, ia sedih dengan perkataan Sulli. Myungsoo yang berada di sebelahnya
merasa iba dengan Sungyeol.
“jangan diingat lagi, kan sudah kubilang..dia suka
berbohong” Myungsoo berusaha menenangkan. Sungyeol masih diam.
“dia bohongkan? Keluarga ku bukan penjilat”
“tentu saja, Yeol. Kakakmu dekat dengan keluargaku karena
Ibuku sudah menganggapnya sebagai anaknya sendiri. Bahkan ibuku duluan yang
mengajaknya untuk main kerumah. Jangan kahwatir..”
“..lalu kenapa Sulli tega mengatakan itu dihadapan semua
orang?” Sungyeol masih sedih dan tidak percaya. “padahal dia mengatakan padaku,
kalau dia sangat mengagumi kakakku..tapi, dia malah bilang..”
“dia hanya malu saja kau menyatakan perasaanmu padanya
dengan cara seperti itu.. mungkin, untuk membalasmu dia mengarang kata-kata itu
dalam waktu sedetik..huufhht” Myungsoo mengelus-elus pundak Sungyeol.
“itu gitarmu? Kau bisa main gitar?” Myungsoo mengambil gitar
dipojokkan meja belajar.
“sudah lama tidak kugunakan.. aku beli itu untuk menciptakan
lagu..lagu cinta untuk Sulli” ujar Sungyeol mengadahkan kepalanya.
“kau romantis juga..kenapa..tidak digunakan lagi?” tanya
Myungsoo penasaran.
“kudengar Sulli benci dengan laki-laki yang bisa main gitar.
Katanya seperti pengamen yang pernah mengganggunya..” jawab Sungyeol. Myungsoo
cekikan. Ia ingin menghibur Sungyeol, maka dari itu iya menyanyikan sebuah
lagu.
niga
meoreojinda (da-da) meolli jeomi doenda (da-da)
bareul ddeji mothae maeuman dwijjocha ddara ganda
naneun ajiginde (de-de-eh-eh-eh-eh)
byeonmyeongdo mothaeneunde (de-de-eh-eh-eh-eh)
han bal mulleoseoseo Goodbye (Goodbye)
aju jamsiman nan Goodbye (Goodbye)
bareul ddeji mothae maeuman dwijjocha ddara ganda
naneun ajiginde (de-de-eh-eh-eh-eh)
byeonmyeongdo mothaeneunde (de-de-eh-eh-eh-eh)
han bal mulleoseoseo Goodbye (Goodbye)
aju jamsiman nan Goodbye (Goodbye)
Sungyeol tersenyum mendengar suara Myungsoo yang ternyata indah dan ia
sangat mahir memainkan gitar.
“ternyata kau lebih romantis daripada aku, ya?” kata Sungyeol mengadahkan
kepalanya dipundak Myungsoo. Myungsoo tersentak kaget.
“aku..belum pernah first kiss” Sungyeol mulai curhat. Myungsoo tertawa
kecil.
“kau sudah pernah, Myungsoo??” tanya Sungyeol penasaran.
“first kiss ku waktu kelas 3 SMP” jawabnya tanpa ragu.
“apa kau main?”
“maksudmu?” Myungsoo bingung.
“seperti orang barat kebanyakan” Sungyeol ingin sekali tahu.
“pertamanya tidak..tapi karena ketagihan kita mencoba yang lebih ekstrim”
“ya ampunn..kau pengalaman sekali, Myungsoo!” Sungyeol memukul pundak
Myungsoo dengan keras. Myungsoo miris kesakitan.
“kau ingin tau rasanya, Yeol?” Myungsoo memastikan. Sungyeol tertawa.
“masa aku mencobanya denganmu?”
“tidak masalahkan?” Myungsoo segera mendekati wajahnya dengan wajah
Sungyeol. Sungyeol yang tidak menolak, pasrah menyatukan bibirnya dengan bibir
Myungsoo. Bibir Myungsoo tampak lembut dan kenyal. Sungyeol mempunyai dorongan
untuk menggigitnya sedikit saja tapi ia sadar kalau Myungsoo itu namja
sepertinya! Bibir mereka menempel sudah lebih dari 10 detik. Lalu Myungsoo
menyudahinya.
“first kiss itu pertama memang hanya menempel saja, Yeol” Kata Myungsoo
mengajarkan Yeol.
“hanya gitu saja ya?”
“Haha..nanti saja kau bikin gayamu sendiri kalau kau sudah punya
pasangan!”.
Myungsoo
baru saja pulang dari ekskul basket bersama Sungyeol. Saat mereka membuka pintu
rumah. Sungyeol melihat wajah Sunggyu yang basah karena air mata dan juga
Sungjong yang menangis tersedu-sedu.
“hyung, ada apa??” tanya Sungyeol penasaran.
“hyung...” Myungsoo memanggil Sunggyu. Sunggyu hanya
terdiam. Ia memberikan secarik kertas berupa telegram. Myungsoo meraihnya dengan
ragu-ragu. Dan saat ia membukanya, Myungsoo berlutut tak berdaya. “ibu...” itu
ucapan yang pertama ia keluarkan. “Hyejin...Hyesun...”.
“ti...dakkk..munggg..kinn...” tangis Myungsoo.
“ibumu pulang lebih awal, karena pembukaan cabangnya
sukses..tapi pesawat yang ditumpangi keluargamu mengalami kecelakaan” jelas
Sunggyu menahan tangis. Sungyeol juga miris mendengar hal itu.
“ibuku...adik-adikku..telah meninggal....!!” teriak Myungsoo
sedih. Ia menjerit-jerit. Sungyeol mengelus-elus pundak Myungsoo berharap
Myungsoo tidak terlalu sedih. Sungyeol menitikkan air mata. Kini Myungsoo,
hanya punya seorang ayah. Tapi..entahlah, ayah Myungsoo entah ada dimana.
Esoknya
Myungsoo berniat menelpon ayahnya dan memaksa mengajak ketemuan. Sungyeol
menemani Myungsoo menunggu ayahnya di kedai fastfood. Ayah Myungsoo sudah
datang, dan Myungsoo mulai menceritakan tentang ibunya.
“aku sedih... mendengar Yoora meninggal karena kecelakaan
pesawat” ujar Ayahnya. Dari wajahnya, tidak ada sedikitpun kesedihan yang
muncul diwajah pria berusia 47 tahun itu.
“kau tampak tidak sedih...” kata Myungsoo.
“Myungsoo..aku tahu kenapa kau ingin bertemu denganku” Ayah
Myungsoo membuka topinya. Ia tampaknya menolak keadaan Myungsoo.
“aku juga ingin bertemu denganmu karena ada sesuatu yang
ingin kuberitahu kepadamu. Tapi karena Yoora sudah meninggal, aku menjadi berat
untuk memberitahumu”
“katakan saja, Yah” paksa Myungsoo.
“aku..sudah menabung semenjak aku bercerai dengan ibumu.
Uang itu untuk masa depan kau..” ayah Myungsoo menyodorkan buku tabungan itu
kepada Myungsoo. Myungsoo mengamati buku tabungan itu.
“gunakanlah ini sebaik mungkin. Jika uangmu kurang, kau bisa
meneruskan toko coklat milik ibumu sebagai penyandang hidupmu..”
“ayah tidak tahu aku alergi coklat? Mencium baunya saja
membuatku mual, menyentuhnya saja membuatku gatal-gatal” cetus Myungsoo.
“aah? Benarkah? Sayang sekali”
“Ayah.. aku tidak enak hidup bergantung dirumah orang lain”
Myungsoo tampak berharap ayahnya akan mengajak Myungsoo untuk tinggal bersama.
“kau bisa tinggal di toko co..ah, aku lupa kau alergi
coklat. Bagaimana kalau kau menyewa flat, atau.. membeli rumah?” ayah Myungsoo
sepertinya tidak ingin hidup bersama anaknya ini.
“bagaimana kalau aku tinggal dirumah ayah??” Myungsoo
menawarkan sendiri.
“a, apa? Tidak bisa, nak” ayah Myungsoo menolak keras.
“kenapa tidak bisa?? Aku ingin tinggal dirumah Ayah, hanya
kau yang kumiliki sekarang”
“Ayah sudah punya keluarga. Aku yakin kau tidak akan betah hidup
bersama keluarga baruku”
“apa kau melupakan anakmu, yah? Kim Myungsoo!” bentak
Myungsoo.
“Myungsoo.. semenjak aku bercerai dengan Yoora. Aku tidak
menganggap kau dan dua adikmu adalah anakku! Aku sudah punya keluarga lain dan
aku sudah cukup bahagia dengan keluarga ku yang baru!” Ayah Myungsoo
benar-benar menolak Myungsoo. Myungsoo yang marah merobek buku tabungan dan
pergi meninggalkan ayahnya. Ayah Myungsoo hanya diam tak berkutik melihat uang
hasil jerih payahnya yang terbentuk dalam
buku tabungan kini robek.
Sungyeol yang sedang menunggui Myungsoo di luar kedai fast
food melihat Myungsoo melintas cepat dihadapannya. Sungyeol segera mengejar
Myungsoo. Myungsoo masuk ke Super market dan membeli banyak coklat. Matanya
berkaca-kaca. Sungyeol terkejut melihat Myungsoo yang membeli banyak coklat.
saat keluar dari Super market, Myungsoo pergi ketaman dan mencoba untuk memakan
coklat.
“Myungsoo! Kau kan alergi coklat!” teriak Sungyeol.
“mulai hari ini, aku harus terbiasa dengan coklat! aku harus
menghilangkan alergi ini!” Myungsoo sudah merobek bungkus coklat itu.
“Myungsoo! Apa kau gila?? Kau makan secuil coklat saja sudah
membuat lidahmu parah dan membesar! Bagaimana kalau kau makan satu bungkus
coklat?? lidahmu bisa meledak” Sungyeol marah melihat Myungsoo yang nekat
melawan alerginya.
“Ayahku tidak mau bertanggung jawab atas hidupku lagi, tidak
akan ada yang akan membiayai hidupku. Maka dari itu aku harus membiayai diriku
sendiri dengan satu-satunya cara! Yaitu mengelola kedai coklat milik ibuku!”
teriak Myungsoo mulai sesak karena ia sangat sakit hati ayahnya tidak menganggapnya.
“kalau kau mengelola kedai coklat. kau kan tidak terlibat
dalam pembuatannya?? Kau hanya mengurus dan mencatat pemasukan keuntunganmu
saja. Kan??”
“ibuku yang mengelola coklat selalu mencicipi coklat yang
habis diproduksi dari kedainya demi kenyamanan konsumen. Sepulang kerja tubuh
ibuku bau coklat! aku rasa..aku rasa..ada baiknya juga membiasakan diriku
memakan coklat ini meski lidahku membesar melebihi tubuhku! Aku tak peduli!!”
teriak Myungsoo. “krraauuk!” Myungsoo sudah memakan satu gigitan besar coklat
dan ia segera menelannya.
“Kau bodoh, Myungsoo!!” Sungyeol sedih melihat tindakan
Myungsoo. Sungyeol segera memeluk erat Myungsoo. Ia memeluknya seakan-akan
berusaha menghentikan Myungsoo untuk memakan coklat itu lagi. Sungyeol
merasakan pundaknya basah. Sungyeol ingin melihat apakah lidah Myungsoo berubah
menjadi besar. Dan ternyata, Myungsoo mengalami alergi lagi. Kini ia
mengalaminya lebih parah. Sampai-sampai ia tak bisa nafas. Sungyeol segera
memanggil taksi dan membawa Myungsoo ke Rumah Sakit. (bersambung)
uwaaa ditinggal eomma, ga dianggep appa, terus alergi pula ma coklat T.T
BalasHapusmata saya kaca-kaca nih abis baca ini TT.TT