Sunggyu melihat Myungsoo dengan penuh rasa iba. Myungsoo
terbaring lemah di rumah sakit. Alerginya masih ada. Dan kali ini lidahnya
membesar hingga mengganggu pernafasan Myungsoo. Myungsoo harus menjalani
perawatan Intensif. Sungyeol dengan setia menunggui Myungsoo sampai 4 hari ini
Myungsoo dirawat.
“Yeol, kau sekolah saja. Sudah 4 hari kau ketinggalan
pelajaran. Biarkan kali ini aku yang menunggui Myungsoo” kata Sunggyu. Sungyeol
menggeleng.
“aku tidak tenang, hyung! Kemarin dia nekat meminta coklat
pada suster dan memakannya! Dia bilang katanya dia benar-benar ingin melawan
alerginya!!” cetus Sungyeol. Sunggyu hanya menggeleng-geleng kepalanya.
“tapi aku bisa menjaga Myungsoo dengan....”
“kumohon, Hyung. Sunggyu-hyung kerja saja. Aku akan menyusul
pelajaran dengan Myungsoo” kata Sungyeol.
“kalau itu maumu..aku juga tak bisa berbuat apa-apa. Tapi,
ingatlah kau harus belajar yang rajin!” pinta Sunggyu.
“ya sudah. Aku mau kerja dulu. Jaga Myungsoo baik-baik”.
Sungyeol mengangguk dan kemudian ia memegang tangan Myungsoo. Myungsoo
menggengam erat tangan Sungyeol. Tiba-tiba Myungsoo mengeluarkan handphone nya
dan mengetik sesuatu. Ia menunjukkan pada Sungyeol.
Kau sekolah
saja, Yeol. Aku takut kau bakalan ketinggalan pelajaran karena bulan depan
sudah ujian akhir. Jangan kahwatirkan aku!
“ti..tidak! kau pasti nekat makan coklat lagi. Kau harusnya
mengerti, karena aku sangat kahwatir!” tolak Sungyeol ngotot. Myungsoo mengetik
lagi.
Aku
berjanji tidak akan makan coklat lagi. Aku tidak akan nekat lagi melawan
alergiku!
Aku mohon, aku lebih kahwatir tentang sekolahmu!
“apa..kau benar-benar berjanji kalau kau tidak akan makan coklat
lagi untuk melawan alergimu?? Kau berjanji kan, Myungsoo??” Sungyeol
memastikan.
Aku
berjanji! Jika aku makan coklat lagi, kau boleh memakan kelingkingku ini, Yeol
“hehe..benar ya! ya sudah, hari ini aku mau langsung sekolah. Ada
waktu dua jam untuk pergi kesekolah..” Kata Sungyeol segera mengambil tas nya
dan bersiap pergi.
Myungsoo
menjentikkan kukunya di besi penyangga untuk memanggil Sungyeol. Sungyeol yang
mendengar isyarat itu segera menoleh kebelakang.
I LOVE YOU
Myungsoo menunjukkan ketikan di handphone itu padanya. Sungyeol
tersipu dan ia tertawa kecil.
“I LOVE YOU TOO” balas Sungyeol sambil menggambarkan gambar hati
didadanya dengan telunjuk jarinya.
Sungyeol
pergi ke sekolah seperti biasa. Dengan kedatangannya, membuat kelas ribut.
Hampir 3 kelas menanyakan kabar Myungsoo padanya. Sungyeol sampai bingung
dibuatnya.
“sudah 4 hari ini Myungsoo dirawat dirumah sakit. Tapi, dia bilang dia tidak mau dijenguk”kata Sungyeol menjawab pertanyaan semua orang yang menanyakan kabar Myungsoo.
“Ya, ampun.. Oppa kasian sekali T^T aku tidak bisa membayangkan wajah tampannya yang penuh karisma terbaring lemah tak berdaya dirumah sakit” ujar salah satu anak perempuan yang iba mendengar Myungsoo dirawat.
“Haha.. kau belum lihat wajahnya yang sekarang sih” tawa Sungyeol dalam hati. “aku yakin kau akan menarik ucapanmu kembali kalau melihat Myungsoo yang sekarang” kata Sungyeol tersenyum.
“ah? Memangnya kenapa??” bingung anak perempuan.
“ah.. sudah lupakan saja, ya”.
“sudah 4 hari ini Myungsoo dirawat dirumah sakit. Tapi, dia bilang dia tidak mau dijenguk”kata Sungyeol menjawab pertanyaan semua orang yang menanyakan kabar Myungsoo.
“Ya, ampun.. Oppa kasian sekali T^T aku tidak bisa membayangkan wajah tampannya yang penuh karisma terbaring lemah tak berdaya dirumah sakit” ujar salah satu anak perempuan yang iba mendengar Myungsoo dirawat.
“Haha.. kau belum lihat wajahnya yang sekarang sih” tawa Sungyeol dalam hati. “aku yakin kau akan menarik ucapanmu kembali kalau melihat Myungsoo yang sekarang” kata Sungyeol tersenyum.
“ah? Memangnya kenapa??” bingung anak perempuan.
“ah.. sudah lupakan saja, ya”.
Sulli
terlihat murung melihat Sungyeol dikerumuni banyak orang. Dari wajahnya
sepertinya ia juga ingin menanyakan kabar tentang Myungsoo. Pasti sekarang
Sulli sangat malu bertemu dengan Sungyeol gara-gara kejadian di pesta
ulangtahunnya. Kini, perasaan Sungyeol terhadap Sulli sudah hilang sedikit demi
sedikit. Tentu saja Sungyeol tidak bisa mengharapkan seorang gadis yang pernah
menghina kakaknya sendiri.
Sepulang
sekolah Sungyeol pulang sendirian. Ia rindu dengan Myungsoo yang suka pulang
bareng dengannya. Sungyeol masih ingat dengan wajah Myungsoo yang sekarang, ia
tertawa cekikikan kalau terus membayangkan wajah Myungsoo yang sedang kena
alergi coklat.
“haha.. orang tampan pun bisa menjadi jelek dengan seketika” guman Sungyeol cekikian.
“Sungyeol-oppa!” tiba-tiba Sulli memanggil Sungyeol. Sungyeol menoleh kebelakang dan terkejut melihat Sulli berlari-lari menghampirinya.
“ada apa?” tanya Sungyeol.
“aku.. ingin sekali menjenguk Myungsoo!” rengek Sulli manja sambil memegang lengan Sungyeol.
“dia amnesia ya? kenapa masih bersikap seperti ini. Padahal, dia habis menghina kakakku didepan semua orang dan bilang tidak mau bertemu denganku lagi” kata Sungyeol dalam hati.
“Myungsoo sedang tidak mau dijengguk. Kau bisa mengerti, kan?”
“kalau aku yang jenguk dia pasti mau..”
“tapi, sulli..”
“aku ingin minta maaf atas kejadian di pesta ulang tahunnku kemarin lusa! Aku mohon, oppa” paksa Sulli.
“haha.. orang tampan pun bisa menjadi jelek dengan seketika” guman Sungyeol cekikian.
“Sungyeol-oppa!” tiba-tiba Sulli memanggil Sungyeol. Sungyeol menoleh kebelakang dan terkejut melihat Sulli berlari-lari menghampirinya.
“ada apa?” tanya Sungyeol.
“aku.. ingin sekali menjenguk Myungsoo!” rengek Sulli manja sambil memegang lengan Sungyeol.
“dia amnesia ya? kenapa masih bersikap seperti ini. Padahal, dia habis menghina kakakku didepan semua orang dan bilang tidak mau bertemu denganku lagi” kata Sungyeol dalam hati.
“Myungsoo sedang tidak mau dijengguk. Kau bisa mengerti, kan?”
“kalau aku yang jenguk dia pasti mau..”
“tapi, sulli..”
“aku ingin minta maaf atas kejadian di pesta ulang tahunnku kemarin lusa! Aku mohon, oppa” paksa Sulli.
Sungyeol tidak bisa menolak karena Sulli tetap bersikeras
ingin menjenguk Myungsoo.
“baiklah.. tapi kau harus merahasiakan sesuatu jika kau melihat Myungsoo yang
sekarang” ujar Sungyeol. Sulli mengangguk mengerti.
Sesampai
dirumah sakit. Myungsoo terkejut melihat Sungyeol datang dengan Sulli. Myungsoo
yang masih belum sembuh dari alerginya, ia tidak bisa berbicara sepatah katapun
atau pun berteriak terkejut. Sulli begitu shock melihat Myungsoo dengan lidah
membengkah yang lebih parah dari yang pernah ia lihat.
“ini siapa?? Ini bukan Myungsoo-oppa!! Sungyeol-oppa, dimana Myungsoo?” teriak Sulli tak percaya,
“ini Myungsoo. Dia sedang kena alergi coklat. oia, kau harus merahasiakan ini..” kata Sungyeol.
Myungsoo tampak marah melihat Sungyeol membawa Sulli untuk menjenguknya. Ia sudah memperingatkan Sungyeol kalau Sulli bukan gadis yang baik-baik hanya karena wajahnya yang innocent.
“baak!” Myungsoo melempar bantal kearah kepala Sungyeol. Sungyeol mengeluh dan ia segera menoleh kearah Myungsoo. Ia melihat raut wajah Myungsoo yang geram.
“Myungsoo.. dia memaksa untuk kesini” kata Sungyeol beralasan.
“Oppa... kau jahat sekali memberikan Myungsoo coklat. kau kan sudah tahu kalau Myungsoo itu alergi coklat!” Sulli memukul punggung Sungyeol dengan sekeras mungkin. Pemandangan yang seperti ini makin membuat Myungsoo marah. Tidak sungkan-sungkan ia melempar dua sendok sekaligus kearah kepala Sulli. Sulli menjerit kesakitan dan ia menangis.
“Myungsoo! Kau gila? dia ini perempuan!” Sungyeol tidak terima dengan kelakuan Myungsoo.
“ini siapa?? Ini bukan Myungsoo-oppa!! Sungyeol-oppa, dimana Myungsoo?” teriak Sulli tak percaya,
“ini Myungsoo. Dia sedang kena alergi coklat. oia, kau harus merahasiakan ini..” kata Sungyeol.
Myungsoo tampak marah melihat Sungyeol membawa Sulli untuk menjenguknya. Ia sudah memperingatkan Sungyeol kalau Sulli bukan gadis yang baik-baik hanya karena wajahnya yang innocent.
“baak!” Myungsoo melempar bantal kearah kepala Sungyeol. Sungyeol mengeluh dan ia segera menoleh kearah Myungsoo. Ia melihat raut wajah Myungsoo yang geram.
“Myungsoo.. dia memaksa untuk kesini” kata Sungyeol beralasan.
“Oppa... kau jahat sekali memberikan Myungsoo coklat. kau kan sudah tahu kalau Myungsoo itu alergi coklat!” Sulli memukul punggung Sungyeol dengan sekeras mungkin. Pemandangan yang seperti ini makin membuat Myungsoo marah. Tidak sungkan-sungkan ia melempar dua sendok sekaligus kearah kepala Sulli. Sulli menjerit kesakitan dan ia menangis.
“Myungsoo! Kau gila? dia ini perempuan!” Sungyeol tidak terima dengan kelakuan Myungsoo.
Myungsoo tidak bisa bicara apa-apa. Ia tetap diam dan memasang wajah kejamnya
itu.
“Oppa~ sakit sekali...” rintih Sulli kesakitan. Ia mengeluh sambil memeluki Sungyeol. Sungyeol yang merasa iba melihat Sulli akhirnya merangkul Sulli dan membawa Sulli keluar kamar rumah sakit.
“maaf, Sulli. Sepertinya dia sedang bad mood” kata Sungyeol. Sulli mengangguk, ia masih memeluk Sungyeol.
“Sulli.. lepaskan tanganmu. Banyak orang lewat disini”
“Oppa.. maafkan aku. Perasaanku terhadap Myungsoo membuatku menjadi egois dan juga tidak mengerti perasaan orang lain. Dulu aku seperti orang tidak waras yang terus mengharapkan cinta. Tapi, melewati kejadian seperti ini membuatku sadar kalau Myungsoo tidak pernah aku dapatkan” ujar Sulli. Ia menitikkan airmatanya.
“aku mengerti, Sulli. Kadang-kadang cinta itu membutakan”
“oppa.. aku mencintaimu” tiba-tiba Sulli mengungkapkan perasaannya. Sungyeol terperanjat kaget mendengar pernyataan dari Sulli.
“Sulli.. kau terlalu berlebihan bercandanya” kata Sungyeol segera melepas tangan Sulli.
“apa wajahku terlihat seperti bercanda?? Aku benar-benar..” Sulli mulai menitikkan air matanya lagi.
“Oppa~ sakit sekali...” rintih Sulli kesakitan. Ia mengeluh sambil memeluki Sungyeol. Sungyeol yang merasa iba melihat Sulli akhirnya merangkul Sulli dan membawa Sulli keluar kamar rumah sakit.
“maaf, Sulli. Sepertinya dia sedang bad mood” kata Sungyeol. Sulli mengangguk, ia masih memeluk Sungyeol.
“Sulli.. lepaskan tanganmu. Banyak orang lewat disini”
“Oppa.. maafkan aku. Perasaanku terhadap Myungsoo membuatku menjadi egois dan juga tidak mengerti perasaan orang lain. Dulu aku seperti orang tidak waras yang terus mengharapkan cinta. Tapi, melewati kejadian seperti ini membuatku sadar kalau Myungsoo tidak pernah aku dapatkan” ujar Sulli. Ia menitikkan airmatanya.
“aku mengerti, Sulli. Kadang-kadang cinta itu membutakan”
“oppa.. aku mencintaimu” tiba-tiba Sulli mengungkapkan perasaannya. Sungyeol terperanjat kaget mendengar pernyataan dari Sulli.
“Sulli.. kau terlalu berlebihan bercandanya” kata Sungyeol segera melepas tangan Sulli.
“apa wajahku terlihat seperti bercanda?? Aku benar-benar..” Sulli mulai menitikkan air matanya lagi.
Sungyeol benar-benar bingung dengan perasaannya
sekarang. Melihat Sulli yang sekarang. Membuatnya jatuh cinta lagi pada gadis
yang sama.
“Sulli.. tapi..”
“aku ingin menjadi pacarmu..”
“Sulli.. tapi..”
“aku ingin menjadi pacarmu..”
Myungsoo
sudah sembuh dari alerginya. Ia tengah bersiap-siap untuk kembali ke rumahnya.
Sunggyu dan Sungjong juga membantu Myungsoo.
“dimana Sungyeol?” tanya Myungsoo yang daritadi menunggu kedatangan Sungyeol.
“entahlah... akhir-akhir ini dia sangat sibuk pergi keluar rumah” jawab Sungjong.
“ya, dia juga suka pulang telat” kata Sunggyu menambahkan. Myungsoo terdiam, ia berpikir kalau Sungyeol mulai tidak suka dengannya gara-gara Myungsoo melempar sendok kearah Sulli.
“dimana Sungyeol?” tanya Myungsoo yang daritadi menunggu kedatangan Sungyeol.
“entahlah... akhir-akhir ini dia sangat sibuk pergi keluar rumah” jawab Sungjong.
“ya, dia juga suka pulang telat” kata Sunggyu menambahkan. Myungsoo terdiam, ia berpikir kalau Sungyeol mulai tidak suka dengannya gara-gara Myungsoo melempar sendok kearah Sulli.
Sementara
Myungsoo mengkhawatirkan Sungyeol. Sungyeol tengah asyik jalan-jalan bersama
pacar barunya, Sulli. Ia tidak bisa membayangkan akan berpacaran dengan Sulli.
“oppa~ kau manis sekali rupanya!” teriak Sulli bahagia.
“tentu saja, aku lebih manis dari coklat!” kata Sungyeol.
“oppa.. aku benci coklat” ujar Sulli manja. ia memasang wajah lucunya hingga Sungyeol tidak kuasa menahan tangannya untuk mencubit pelan dagunya yang putih.
“memangnya kenapa? Aku.. sangat suka dengan coklat”
“benarkah? Kalau begitu aku akan suka dengan coklat mulai dari sekarang^^”
“huuh.. dasar kau ini tidak konsisten..” manja Sungyeol sambil menggelitik pipi Sulli. Sulli meringkul geli karena ulah genit Sungyeol.
“oppa~ kau manis sekali rupanya!” teriak Sulli bahagia.
“tentu saja, aku lebih manis dari coklat!” kata Sungyeol.
“oppa.. aku benci coklat” ujar Sulli manja. ia memasang wajah lucunya hingga Sungyeol tidak kuasa menahan tangannya untuk mencubit pelan dagunya yang putih.
“memangnya kenapa? Aku.. sangat suka dengan coklat”
“benarkah? Kalau begitu aku akan suka dengan coklat mulai dari sekarang^^”
“huuh.. dasar kau ini tidak konsisten..” manja Sungyeol sambil menggelitik pipi Sulli. Sulli meringkul geli karena ulah genit Sungyeol.
sungyeol
baru saja pulang. Ini sudah jam 8 malam dan ia telat makan siang lagi. Sunggyu
tampak bosan melihat Sungyeol yang terus-terusan bersikap seperti ini. Sungyeol
membuka pintu kamarnya. Ia terkejut melihat ada Myungsoo didalamnya.
“kau sudah pulang?” tanya Sungyeol kaget.
“ya” jawabnya singkat.
“hmm.. baguslah”
Myungsoo memandangi Sungyeol dengan pandangan sinisnya. Myungsoo sudah merasa kalau Sungyeol seperti dulu lagi saat pertama mereka bertemu, yaitu canggung. Sungyeol tampak tidak merindukan Myungsoo yang sebelumnya sudah menjalani hubungan baik dengannya. Ia langsung tertidur pulas diatas ranjangnya. Myungsoo meraih tas Sungyeol dan membukanya. Ia melihat ada photo Sulli sedang mencium pipi Sungyeol.
“ternyata, ini yang membuatnya berubah” guman Myungsoo mengerti.
“kau sudah pulang?” tanya Sungyeol kaget.
“ya” jawabnya singkat.
“hmm.. baguslah”
Myungsoo memandangi Sungyeol dengan pandangan sinisnya. Myungsoo sudah merasa kalau Sungyeol seperti dulu lagi saat pertama mereka bertemu, yaitu canggung. Sungyeol tampak tidak merindukan Myungsoo yang sebelumnya sudah menjalani hubungan baik dengannya. Ia langsung tertidur pulas diatas ranjangnya. Myungsoo meraih tas Sungyeol dan membukanya. Ia melihat ada photo Sulli sedang mencium pipi Sungyeol.
“ternyata, ini yang membuatnya berubah” guman Myungsoo mengerti.
Myungsoo
bangun seperti biasa dan ia kaget melihat Sungyeol yang sudah hilang dari
ranjangnya. Myungsoo segera kebawah dan tidak mendapati keberadaan Sungyeol.
“sungyeol sudah berangkat ke sekolah?” bingung Myungsoo.
“sepertinya begitu. akhir-akhir ini aku tidak punya waktu sama sekali untuk bicara dengan kakakku” sedih Sungjong. Ia memain-mainkan serealnya dan merasa kesepian.
“Sunggyu-hyung mana?”
“ia juga jadi super sibuk. Ia sekarang bekerja didua tempat.. aku selalu sendirian dirumah. Biasanya, kalau Sunggyu-hyung sedang kerja. Aku dan Sungyeol-hyung selalu bermain bersama dirumah ini, bercanda, pergi jalan-jalan dengannya. Tapi.. sekarang aku merasa tidak punya saudara satupun. Mereka tidak peduli lagi denganku” Sungjong masih sedih. Semenjak Sungyeol punya pacar, ia lupa kalau ia punya adik yang sedang membutuhkan kasih sayang seorang kakak. Ia lupa kalau Sungjong masih bersikap kanak-kanak dan butuh bimbingan lebih, ia lupa kalau Sungjong merasa kesepian dirumah, ia lupa kewajibannya dirumah, ia lupa semua hal!. Myungsoo merasa iba dengan Sungjong. Entah kenapa, ia mulai tidak suka dengan Sungyeol lagi.
“sepulang sekolah. Aku berjanji akan mengajakmu jalan-jalan” kata Myungsoo.
“benarkah, hyung??” senang Sungjong. Ia tampak bersemangat.
“ya!”
“sungyeol sudah berangkat ke sekolah?” bingung Myungsoo.
“sepertinya begitu. akhir-akhir ini aku tidak punya waktu sama sekali untuk bicara dengan kakakku” sedih Sungjong. Ia memain-mainkan serealnya dan merasa kesepian.
“Sunggyu-hyung mana?”
“ia juga jadi super sibuk. Ia sekarang bekerja didua tempat.. aku selalu sendirian dirumah. Biasanya, kalau Sunggyu-hyung sedang kerja. Aku dan Sungyeol-hyung selalu bermain bersama dirumah ini, bercanda, pergi jalan-jalan dengannya. Tapi.. sekarang aku merasa tidak punya saudara satupun. Mereka tidak peduli lagi denganku” Sungjong masih sedih. Semenjak Sungyeol punya pacar, ia lupa kalau ia punya adik yang sedang membutuhkan kasih sayang seorang kakak. Ia lupa kalau Sungjong masih bersikap kanak-kanak dan butuh bimbingan lebih, ia lupa kalau Sungjong merasa kesepian dirumah, ia lupa kewajibannya dirumah, ia lupa semua hal!. Myungsoo merasa iba dengan Sungjong. Entah kenapa, ia mulai tidak suka dengan Sungyeol lagi.
“sepulang sekolah. Aku berjanji akan mengajakmu jalan-jalan” kata Myungsoo.
“benarkah, hyung??” senang Sungjong. Ia tampak bersemangat.
“ya!”
Sungyeol
berlari-lari disepanjang koridor. Ia mencari-cari Sulli. Ia masih tidak percaya
dengan berita yang tersebar di seluruh kelas 3.
“oppa!” Sulli menepuk pundak Sungyeol yang sedang plinplan mencari Sulli.
“Sulli! Apa yang kau lakukan!!” teriak Sungyeol.
“aku memukul pundakmu” kata Sulli polos.
“bu, bukan.. maksudku, kau menyebar gosip apa??”
“ohh.. itu..”
“Sulli! Kenapa kau begitu!”
“itu tidak bisa dipungkiri lagi, kan? ia tidak bisa menyembunyikan penyakitnya itu”
“tapi..”
“Sungyeol-oppa bisakah kau diam saja? Aku sedang sangat kesal dengan sikap Myungsoo. Ia merasa hebat dan tampan makanya ia sombong. Tidak ada salahnya menyebar gosip kalau Lidah Myungsoo akan membengkak kalau makan coklat. lagipula itu kenyataan” ujar Sulli sambil mengatupkan bibirnya.
“hei, tidak ada gunanya juga kau memberitahu semua orang tentang alergi Myungsoo!”
“oh ya? kalau begitu tidak ada gunanya juga kau merahasiakan alergi Myungsoo!” teriak Sulli sambil berlalu.
“oppa!” Sulli menepuk pundak Sungyeol yang sedang plinplan mencari Sulli.
“Sulli! Apa yang kau lakukan!!” teriak Sungyeol.
“aku memukul pundakmu” kata Sulli polos.
“bu, bukan.. maksudku, kau menyebar gosip apa??”
“ohh.. itu..”
“Sulli! Kenapa kau begitu!”
“itu tidak bisa dipungkiri lagi, kan? ia tidak bisa menyembunyikan penyakitnya itu”
“tapi..”
“Sungyeol-oppa bisakah kau diam saja? Aku sedang sangat kesal dengan sikap Myungsoo. Ia merasa hebat dan tampan makanya ia sombong. Tidak ada salahnya menyebar gosip kalau Lidah Myungsoo akan membengkak kalau makan coklat. lagipula itu kenyataan” ujar Sulli sambil mengatupkan bibirnya.
“hei, tidak ada gunanya juga kau memberitahu semua orang tentang alergi Myungsoo!”
“oh ya? kalau begitu tidak ada gunanya juga kau merahasiakan alergi Myungsoo!” teriak Sulli sambil berlalu.
Sungyeol
dibuatnya bengong. Ia tidak tahu harus mengatakan apa jika bertemu dengan
Myungsoo. Dengan memberanikan diri Sungyeol segera pergi kekelas Myungsoo. Saat
masuk kedalam kelas Myungsoo ia melihat ada gambar laki-laki dengan Lidah yang
sangat besar hingga bibirnya tidak bisa menutup lidah tersebut. Disamping
gambar itu ia melihat ada tulisan “dibalik ketampanan Myungsoo”.
“Hahaha! Jadi sosok aslimu seperti ini ya Myungsoo?? Apa itu efek dari operasi plastikmu?” teriak Byunghyun. Tampaknya Byunghyun sangat menikmati balas dendamnya gara-gara Myungsoo pernah memukulnya hingga babak belur. Sungyeol melihat Myungsoo hanya duduk diam dibangkunya sambil menatapi Byunghyun.
“hei semua! Kalau kalian diancam oleh Myungsoo kalian lempar saja coklat kedalam mulutnya!”
“dasar aneh, kau sangat jago berkelahi tapi kelemahanmu itu cuman coklat? payah”
“coklat yang manis saja bisa mengalahkan Myungsoo!”
“Makanya jangan sok keren!”
Myungsoo bangkit dari duduknya karena sudah lelah mendengar omongan semua anak-anak dikelas itu. Ia pergi keluar kelas dan melewati Sungyeol tanpa menyapa ke Sungyeol sedikit pun. Sungyeol merasa sedih, ia sangat bersalah lantaran kecerobohannya. Harusnya ia percaya pada Myungsoo kalau Sulli bukanlah anak baik-baik.
“Hahaha! Jadi sosok aslimu seperti ini ya Myungsoo?? Apa itu efek dari operasi plastikmu?” teriak Byunghyun. Tampaknya Byunghyun sangat menikmati balas dendamnya gara-gara Myungsoo pernah memukulnya hingga babak belur. Sungyeol melihat Myungsoo hanya duduk diam dibangkunya sambil menatapi Byunghyun.
“hei semua! Kalau kalian diancam oleh Myungsoo kalian lempar saja coklat kedalam mulutnya!”
“dasar aneh, kau sangat jago berkelahi tapi kelemahanmu itu cuman coklat? payah”
“coklat yang manis saja bisa mengalahkan Myungsoo!”
“Makanya jangan sok keren!”
Myungsoo bangkit dari duduknya karena sudah lelah mendengar omongan semua anak-anak dikelas itu. Ia pergi keluar kelas dan melewati Sungyeol tanpa menyapa ke Sungyeol sedikit pun. Sungyeol merasa sedih, ia sangat bersalah lantaran kecerobohannya. Harusnya ia percaya pada Myungsoo kalau Sulli bukanlah anak baik-baik.
Sungjong
bingung melihat Myungsoo yang daritadi hanya diam didepan toko coklatnya tanpa
bicara sedikit pun.
“kau takut alergi lagi, hyung?” tanya Sungjong.
“kemarin aku menerima pesan. Aku harus mengelola toko ini. Tapi, aku masih tidak bisa berani masuk kedalam sini” jawabnya dengan mata masih tertuju pada pintu toko coklatnya. Sungjong pun ikut melihat kearah toko coklat itu.
“Sungjong, kumohon katakan padaku kalau kau sangat menginginkan satu batang coklat sekarang juga” pinta Myungsoo sedang mengumpulkan nyali.
“hmm.. hyung..” Sungjong mengerti kenapa Myungsoo memintanya untuk bicara seperti itu.
“aku sangat ingin coklat sekarang! Cepat ambilkan satu untukku!” pinta Sungjong sambil memukul pelan lengan Myungsoo. Myungsoo masih terdiam. Tersorot rasa takut dimatanya.
“Sungyeol-hyung juga.. ingin COKLAT sekarang, Hyung!” teriak Sungjong. Myungsoo tersentak. Ia menoleh kearah Sungjong.
“ya, Sungyeol-hyung sangat menginginkan C-O-K-L-A-T sekarang! Kalau tidak dia bisa mati!” Sungjong mengulang perkataanya. Myungsoo dengan sigap masuk kedalam toko coklatnya. Sungjong tertawa bahagia dibelakangnya. Meski Myungsoo merasakan gatal di tangannya ia tetap berusaha menapak kakiknya didalam toko itu. Ia sudah beda melihat tokonya sekarang. Semenjak ibunya masih hidup dan mengelola tempat ini. Toko ini sangat ramai meski dilihat dari jauh juga. Kini, tokonya seperti tinggal kenangan. Coklat yang diproduksi juga sedikit dan monoton. Myungsoo merasa sedih, kesedihannya mengalahkan wangi coklat yang membuatnya mual. Ia mencoba memegang coklat itu tanpa rasa takut lagi. Air matanya menetes membasahi pipinya. Ia sangat merindukan keberadaan keluarganya yang tanpa ayah. Ia mengambil coklat yang dibungkus rapi dengan plastik. Ia membuka bungkusnya dan melahapnya. Ia mengunyah coklat itu sambil memikirkan masa depannya yang tanpa Ibu, adik-adiknya dan juga ayah. Ia masih menangis saat mengunyah coklat itu. Ia tidak peduli kalau coklat itu akan mengacaukan wajahnya yang seperti teman-temannya katakan sekarang. Ia tidak peduli jika coklat itu akan merubah penampilannya, membesarkan lidahnya, ia benar-benar tidak peduli.
“kau takut alergi lagi, hyung?” tanya Sungjong.
“kemarin aku menerima pesan. Aku harus mengelola toko ini. Tapi, aku masih tidak bisa berani masuk kedalam sini” jawabnya dengan mata masih tertuju pada pintu toko coklatnya. Sungjong pun ikut melihat kearah toko coklat itu.
“Sungjong, kumohon katakan padaku kalau kau sangat menginginkan satu batang coklat sekarang juga” pinta Myungsoo sedang mengumpulkan nyali.
“hmm.. hyung..” Sungjong mengerti kenapa Myungsoo memintanya untuk bicara seperti itu.
“aku sangat ingin coklat sekarang! Cepat ambilkan satu untukku!” pinta Sungjong sambil memukul pelan lengan Myungsoo. Myungsoo masih terdiam. Tersorot rasa takut dimatanya.
“Sungyeol-hyung juga.. ingin COKLAT sekarang, Hyung!” teriak Sungjong. Myungsoo tersentak. Ia menoleh kearah Sungjong.
“ya, Sungyeol-hyung sangat menginginkan C-O-K-L-A-T sekarang! Kalau tidak dia bisa mati!” Sungjong mengulang perkataanya. Myungsoo dengan sigap masuk kedalam toko coklatnya. Sungjong tertawa bahagia dibelakangnya. Meski Myungsoo merasakan gatal di tangannya ia tetap berusaha menapak kakiknya didalam toko itu. Ia sudah beda melihat tokonya sekarang. Semenjak ibunya masih hidup dan mengelola tempat ini. Toko ini sangat ramai meski dilihat dari jauh juga. Kini, tokonya seperti tinggal kenangan. Coklat yang diproduksi juga sedikit dan monoton. Myungsoo merasa sedih, kesedihannya mengalahkan wangi coklat yang membuatnya mual. Ia mencoba memegang coklat itu tanpa rasa takut lagi. Air matanya menetes membasahi pipinya. Ia sangat merindukan keberadaan keluarganya yang tanpa ayah. Ia mengambil coklat yang dibungkus rapi dengan plastik. Ia membuka bungkusnya dan melahapnya. Ia mengunyah coklat itu sambil memikirkan masa depannya yang tanpa Ibu, adik-adiknya dan juga ayah. Ia masih menangis saat mengunyah coklat itu. Ia tidak peduli kalau coklat itu akan mengacaukan wajahnya yang seperti teman-temannya katakan sekarang. Ia tidak peduli jika coklat itu akan merubah penampilannya, membesarkan lidahnya, ia benar-benar tidak peduli.
Sungjong
yang ada ditepat dibelakangnya tersenyum bahagia. Ia menyadari Myungsoo telah
menemukan hal yang berarti. Ya, yang termanis itu adalah CINTA bukan COKLAT.
myungsoo menyadari itu hingga ia lupa rasa manis coklat dan lupa efek jahat
dari coklat yang akan membuat dirinya menderita karena alergi. Cinta pada
mendiang ibunya, cinta pada tokonya, dan cinta pada orang yang kini dekat
dengannya, Sungyeol.
“Sungyeol-hyung, kau harus lihat ini.. bahkan alerginya sudah tidak mempan lagi
padanya saat aku bilang Sungyeol-hyung sangat menginginkan coklat” kata
Sungjong dalam hati. Myungsoo sudah habis memakan coklatnya. Saat ia membuka
matanya dan meraba wajahnya, tampak tak ada yang berubah sama sekali. Terdengar
tepukan riuh didalam toko yang menyambut Myungsoo. Mereka adalah pegawai ditoko
tersebut termasuk Sunggyu, semua bersorak karena tidak akan kehilangan pemimpin
utama toko coklat ini. Ya! alergi Myungsoo terhadap coklat tampaknya sudah
HILANG. Myungsoo tersenyum bahagia.(bersambung)
horreeee akhirnya alergi myungsoo sembuh juga *bagi2 cokollit* \^^/
BalasHapussulli makin nyebelin, nyebelin, nyebeliiiinnn bangeeet ></*